Senin, 13 Mei 2013

Cerpen Anak-anak



AKU DAN KAMU
Karya  : Siska Enjelin Hulu


“Man..Maman!!” terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Maman.
“Mamaaannn!!!” suara ketukanpun semakin deras ditambah suara seseorang dari balik pintu yang semakin keras terdengar.
“Mamaannn..Bangun!!”  suara itu semakin keras dan tersentak Maman terbangun dari tidurnya yang nyenyak.
“Maman, cepat bangun! Udah pukul berapa ini, kamu harus berangkat sekolah.” Teriak Ibu Maman dari balik pintu kamar Maman. Maman pun melihat jam dinding dikamarnya, sontak Maman pun terbangun dari tempat tidurnya, berlari keluar kamar menuju kamar mandi.
“Ibu kok nggak banguni Maman dari tadi sih, kan Maman jadi telat ke sekolahnya.” gumam Maman kesal kepada Ibunya ketika keluar dari kamar tidurnya.
“Dari tadi Ibu banguni kamu, kamu nya aja yang gak mau bangun. Dasar!! Udah salah malah nyalahin Ibu balik.” jawab Ibu kesal.
Hampir setiap pagi Maman selalu telat bangun, dan hampir setiap pagi juga Ibu berteriak-teriak didepan pintu kamar Maman untuk membanguni Maman. Bukan karena begadang untuk belajar sehingga Maman selalu telat bangun pagi, tetapi ini dikarenakan Maman hampir setiap malam begadang menonton televisi. Maman sangat gemar menonton televisi sampai larut malam dan lupa waktu. Dan akhirnya hal ini membuat Maman selau telat bangun pagi.
“Bu, baju seragam Maman mana?”
“Itu ada di tempat tidur kamu” jawab Ibu sambil menyiapkan sarapan pagi. Seusai mandi, Maman bergegas masuk ke kamar dan mengenakan baju seragam sekolahnya.
“Bu, Maman pergi dulu ya.” Maman mengambil tas sekolah di bangku makan dan menuju pintu depan.
“Man, sarapan dulu.” teriak Ayah.
“Nggk usah Yah, Maman udah telat, Maman pergi Yah.” sahut Maman.
Maman pun berangkat sekolah menggunakan sepedanya, segera Maman mendayung sepedanya dengan kencang. Ketika hampir sampai di sekolah, didepan Maman melihat Dudung sedang berlari-lari menuju gerbang sekolah yang mau ditutup oleh Pak Satpam.
“Dung, cepat lompat ke sepedaku.” teriak Maman. Segera Dudung lompat ke sepeda Maman dan berdiri dibelakang Maman. Gerbang sekolah sudah ada didepan mata, sedikit lagi pintu gerbang sekolah akan ditutup, Maman semakin menambah kecepatan dayungannya. Dan akhirnya mereka dapat menerobos masuk gerbang sekolah yang sedikit lagi hampir menghimpit mereka.
“Yeee…” teriak Maman dan Dudung gembira.
“Dasar anak-anak, kalian selalu saja terlambat!” ujar Pak Satpam kesal.
Segera Maman meletakan sepedanya di parkiran sekolah. Dan mereka langsung berlari menuju kelas. Mereka pun sampai didepan kelas, tetapi sungguh sialnya mereka, Pak Budi sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kelas.
“Alamak!!” teriak Dudung spontan ketika sampai didepan kelas dan melihat Pak Budi sudah sampai di dalam kelas. Mereka yang di dalam kelas pun melihat keluar kelas, termasuk Pak Budi. Dengan sedikit menurunkan kacamatanya Pak Budi melihat Maman dan Dudung dengan mata tajamnya. Maman pun terlihat ngeri dan langsung memegang tangan Dudung.
“Ihh, apaan sih Man.” teriak Dudung sambil melepaskan tangan Maman dari lengannya.
“Ngeri amat tuh mata Pak Budi, macam mata serigala..hhiii.” bisik Maman pelan sambil merasa ngeri. Pak Budi pun berdiri dari bangkunya dan mendatangi mereka di depan pintu kelas. Sambil menundukkan kepalanya dan meletakan kedua tangannya di pinggang, Pak Budi memarahi mereka.
“Kalian berdua ini selalu saja terlambat, tak pernah kalian absen untuk telat masuk kelas saya. Sekarang saya hukum kalian, berdiri di luar kelas sampai selesai mata pelajaran saya sambil mengangkat satu kaki kalian dan juga sambil memegang kedua telinga kalian.”
“Baik Pak.” jawab mereka sambil menunduk. Segera mereka berdiri diluar kelas dan menjalani hukuman mereka.
“Ehh Dung, kamu kalah taruhan. Semalam bola dukunganku yang menang. Mana rotiku?” tanya Maman dengan senyuman riang.
“Iya iya ni, ada didalam tasku rotinya.” Dudung pun mengeluarkan roti dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Maman.
“Asiikk.” jawab Maman senang. Maman pun membuka roti yang diberikan oleh Dudung dan memakannya. Kebetulan Maman belum sarapan pagi, dan roti Dudung sudah sangat cukup untuk mengisi perutnya yang kosong. Dudung hanya bisa melihat Maman yang memakan rotinya dengan lahap dengan wajah murung, seakan ingin agar rotinya juga dibagi kepadanya.
“Kenapa?? Kamu mau Dung?” jawab Maman.
“Mau sih, tapi kan gak mungkin aku makan roti yang…” belum selesai Dudung berbicara, Maman langsung memasukan roti itu kedalam mulut Dudung. Dudung pun terdiam dan melirik ke arah Maman. Lalu mereka berdua tertawa bersama-sama, sambil merangkul antara yang satu dengan yang lain.
Maman dan Dudung adalah dua orang sahabat yang masih duduk di bangku kelas lima SD. Mereka suka berbagi dan juga saling menyayangi, jika ada salah satu dari mereka mengalami kesulitan, maka yang lain akan membantu untuk mengatasi kesulitan tersebut. Jika salah satu diantara mereka terluka, maka yang lain pasti akan merasakan luka itu. Dan jika salah satu diantara mereka merasa bahagia, maka yang lain juga akan merasakan kebahagiaan itu.
Suatu hari, sekolah mereka kedatangan siswi baru. Siswi tersebut pindahan dari kampung sebelah, namanya Lisa. Paras Lisa sangatlah elok rupanya. Disekolah, banyak yang menyukai Lisa, termasuk Maman dan Dudung. Suatu saat Maman menceritakan kepada Dudung mengenai rasa sukanya kepada Lisa.
“Dung, Lisa cantik yah.” ucap Maman dengan berseri-seri.
“Iya Man cantik, seperti bidadari turun dari langit, alamak!” sahut Dudung.
“Dung, aku kayaknya suka sama Lisa deh. Gimana caranya ya deketin Lisa, secara Lisa kan banyak yang suka.” tanya Maman kepada Dudung. Dudung langsung terhenyak mendengar perkataan Maman. Ternyata sahabatnya juga menyukai Lisa, orang yang dia sukai juga. Sebenarnya, Dudung juga ingin menceritakan kepada Maman kalau dia menyukai Lisa, akan tetapi Dudung membatalkan niatnya itu. Dia takut, jika Dudung menceritakan bahwa dia juga menyukai Lisa, maka persahabatannya dengan Maman akan putus.
“Ya, kamu deketin dia dong, ajak dia berteman.” jawab Dudung dengan wajah tertunduk ke bawah.
“Oh iya ide bagus itu Dung.” jawab Maman dengan senang.
Dudung merasa sangat sedih akan hal itu, dan dia menceritakan kesedihannya dalam sebuah buku tulis. Saat itu Dudung sedang mengerjakan PR matematika, dan tanpa di sadarinya, dia menceritakan kesedihannya dalam buku matematikanya. Di lembaran akhir buku itu dia menceritakan semua curahan hatinya.
Keesokan harinya, Dudung dan Maman berangkat sekolah bersama-sama menggunakan sepeda Maman. Sesampainya di sekolah, mereka duduk di kursi masing-masing.
“Dung, liat PR matematika nomor 2 dong, aku belum siap.” ujar Maman kepada Dudung.
“Oh iya, entar ya Man.” Dudung membuka tasnya dan mengambil buku PR matematikanya, kemudian menyerahkan buku itu kepada Maman. Saat membuka lembaran-lembaran buku Dudung, tidak sengaja Maman melihat tulisan Dudung mengenai curahan hatinya kemarin malam, Maman pun membacanya. Dengan serius Maman membaca tulisan Dudung. Maman terdiam setelah membaca tulisan Dudung.
“Dung, ini apa ya?” tanya Maman sembari menunjukan buku tulisnya kepada Dudung. Dudung yang melihat tulisannya dibaca oleh Maman langsung menarik buku itu dari genggaman Maman.
“I..ni bu..bu..kan apa apa.” jawab Dudung dengan gagap. Maman yang tadinya diam, langsung tertawa terbahak-bahak, sambil memukul-mukul pundak Dudung beberapa kali dengan pelan.
“Hahaa, Dung..Dung, kenapa kamu jawabnya gagap gitu, macam komedian OVJ aja deh, lucu kamu ya.”
“Loh, kamu kok ketawa?” tanya Dudung heran.
“Jadi aku harus apa Dung? Marah?”
“Aku pikir kamu marah sama aku.” ujar Dudung sambil menundukan kepalanya.
“Iya, aku memang marah sama kamu.” suara tawa Maman hilang dan mulai berbicara dengan serius. Hal ini membuat Dudung merasa takut. Dia takut ini akan merusak persahabatan mereka.
“Aku minta maaf Man.” ujar Dudung dengan pelan.
“Iya, kamu memang seharusnya minta maaf samaku. Kali ini aku benar-benar marah sama kamu Dung.”
“Maaf Man, bukan maksudku untuk menyukai Lisa juga. Aku gak tau kalau kamu juga menyukai Lisa. Maaf Man, aku berharap hubungan persahabatn kita tidak rusak karena hal ini.” ujar Dudung dengan raut wajah yang sedih.
“Aku marah sekali sama kamu Dung, bisa-bisanya kamu nggak menceritakan kepada ku kalau kamu juga menyukai Lisa.”
“Maaf Man, aku takut untuk menceritakannya.”
“Seharusnya kamu ceritakan juga hal ini kepadaku Dung. Aku juga sahabatmu, dan aku pantas untuk mendengarkan ceritamu. Masa kamu ceritanya di buku tulis? Buku matematika pulak tuh, gak keren banget, hahaaa.” tawa Maman kembali pecah. Dudung pun tersenyum malu sambil menggaruk-garukan kepalanya.
“Kamu gak marah Man samaku?” tanya Dudung.
“Ya enggak lah, kenapa pulak aku harus marah sama kamu. Kamu itu sahabat terbaikku yang udah lama sekali aku kenal, sedangkan Lisa adalah orang yang baru aku kenal. Masa gara-gara orang yang baru kita kenal kita harus musuhan, apa kata dunia Dung. Lagian aku masih kecil, aku masih mau belajar, aku mau menggapai cita-citaku sebagai pengusaha sukses.” jawab Maman dengan senyuman lebar.
“Haha, iya benar kata kamu Man, aku juga mau menggapai cita-citaku juga menjadi seorang pengusaha ternak yang sukses, melanjutkan pekerjaan ayahku. Sama-sama kita menggapai cita-cita kita ya Man.” ujar Dudung dengan wajah seringai.
“Haha, pasti Dung. Aku, kamu adalah sahabat. Sahabat selamanya.”
“Yaa, sahabat selamanya.” Mereka berdua pun tertawa bersama-sama.
“Ehh Man, cepat tuh kerjain PR mu, bentar lagi Pak Budi masuk.” sela Dudung saat mereka sedang tertawa.
“Oh iya lupa, alamak!!” ujar Maman sambil menepukkan jidatnya.


Cara Membuat Amplop di Microsoft Word 2007



Cara Membuat Amplop di Microsoft Word 2007


Surat menyurat adalah tugas umum dari seorang sekretaris. Dan kalau kita berbicara mengenai surat, maka tidak bisa dilepas pisahkan dengan yang namanya Amplop. Maka untuk penjelasan kali ini kami akan menjelaskan tentang Cara Membuat Amplop di Microsoft Word 2007.  Mengapa menggunakan Microsoft Word 2007? karena pada Microsoft Word 2007, sudah disediakan fitur yang dapat anda gunakan untuk membuat amplop.
Untuk membuat amplop anda  harus mengetahui jenis ukuran yang akan anda gunakan. Hal ini dimaksudkan agar ketika amplop tersebut dicetak/diprint, ukurannya tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Berikut petunjuk untuk membuat amplop di Microsoft Word 2007 :
1.      Buka lembaran Microsoft Word 2007 yang baru.

2.      Kemudian klik menu ribbon Maillings.

3.      Setelah itu klik Envelopes pada grup Create.


4.      Kemudian isi form yang tersedia pada kotak Delivery Address.

5.      Setelah itu klik Preview.




6.      Maka akan muncul jendela Envelop Options. Atur pengaturan Ukuran Amplop sesuai dengan keinginan anda. Kemudian klik OK.



7.      Nah, untuk mengatur cara memasukan amplop ke printer silakan klik Printing Options.

8.      Kemudian pilih Feed Method se.suai dengan keinginan anda. Lalu klik OK. (Lihat gambar dibawah)